Nunca me pierdo la "Copa de Té y Tostadas". Estuve presente en la primera, la segunda y la tercera. Durante esos primeros años, el nombre se transformó en la Copa TNT. ¡Pero los que saben, lo saben!
No sé cómo sucedió, pero me avisaron de la cuarta Copa TNT una semana antes del evento. Como te puedes imaginar, eso me dejó sin aliento.
Aquí hay un poco de historia de fondo, la Cuarta Copa TNT con su lema Pacuan di Tanah Pakuan , se traduce al español como "Carreras en los Helechos" , pero como pueden ver al mirarlo, al inglés le faltan algunos juegos de palabras maravillosos. Se iba a correr en una ubicación increíble que lograrían asegurar justo a las afueras de Bogor. El área de la pista era de 3,5 hectáreas. Y este año el evento iba a ser parte del Carnaval Internacional de Bogor 2022, más grande. Lo que lo hizo verdaderamente internacional para mí fue ver a Jeremy de Flat Out Friday con su mono rojo característico y ondeando la bandera a cuadros, sin olvidar a su compañero en el crimen, Scott Johnson, quien también es muy conocido en Indonesia por su espectáculo de motocicletas Mama Tried . Gracias, chicos, por todo su apoyo y sonrisas.
Lo que me causaba un poco de estrés antes del evento era preparar mi vieja Suzuki TS100 Type ER. El nuevo formato del evento implicaba que se celebraría durante dos días, divididos en cuatro carreras diferentes. No se trataba simplemente de correr y ganar, sino de combinar la puntuación de las cuatro para descartar al ganador. Sabía que necesitaba más que un momento de preparación para tener mi moto clásica lista. Pero al final lo conseguimos. Una moto y un piloto para participar en las cuatro.
Me fue bien en las preliminares del sábado. Quizás se pregunten por qué sueno sorprendido, pero con razón: ¡había 250 inscritos! Lo hice lo suficientemente bien como para asegurarme una excelente posición de salida para la final. Pero, y esto suele pasar con las motos clásicas de dos tiempos, tuve algunos problemas graves con mi moto en dicha carrera.
Había hecho un calor sofocante todo el primer día, y el constante uso había hecho que las cosas se hincharan y contrajeran tanto que el motor se agarrotó. Mi pobre motor de dos tiempos estaba en apuros, juego de palabras intencionado.
Los chicos de Barokah se pusieron manos a la obra al final de la tarde. Desmontamos la moto frente a la tienda donde dormiríamos esa noche. Y no fue hasta después de la puesta del sol que finalmente pudieron liberar las cosas lo suficiente como para volver a ponerla en marcha. Su heroico trabajo me dio la oportunidad de competir de nuevo el segundo día.
La primera carrera del día siguiente transcurrió sin problemas y conseguí una buena posición. En la segunda carrera no tuve tanta suerte y el problema de ayer volvió. Se agarrotó de nuevo. No tuvimos tiempo de desmontarlo.
La única opción que tenía era pedir prestada una bici para la final. Mejor participar que no, y sabía que con la puntuación combinada no iba a ganar nada. Así que, sin presión, pude soltar la sonrisa y salir a disfrutar de verdad.
No puedo esperar al próximo año.
Sandi Maulana – Tu hombre en Java.
Para obtener más información sobre el evento, visita TNTCUP
Instagram de Sandi
Fotografías de Yulian Abdul Sidiq
BAHASA INDONESIA
Taza de té y tostadas
Saya tidak pernah melewatkan acara “Tea N Toast Cup”. Justru, saya selalu hadir mulai dari yang pertama, kedua sampai yang ketiga dan bahkan hingga namanya mulai dikenal sebagai TNT Cup.
Saya kurang ingat bagaimana itu terjadi, karena tiba-tiba, saya menerima kabar kalau akan ada acara keempat dalam kurun waktu seminggu sebelum acara tersebut berlangsung. Kaget luarbiasa pastinya.
Sedikit cerita, ajang TNT ke-empat memiliki tagline Pacuan di Tanah Pakuan, atau dalam bahasa Inggris, Racing in the Ferns, meskipun bahasa Inggris melewatkan beberapa permainan kata yang indah. Lokasi yang berhasil di amankan adalah jalur seluas 3,5 hektar di luar Bogor. Dan acara concisamente pero merupakan bagian dari Bogor International Carnival 2022. Salah satu hal yang menurut saya membuat event ini benar-benar Internasional adalah melihat Jeremy dari Flat Out Friday mengenakan general merah khasnya dan mengibarkan bendera kotak-kotak pada kami, tidak lupa socio en el crimen-nya, Scott Johnson yang juga sangat Terkenal di Indonesia para Mama Tried-nya. Terima kasih teman-teman atas semua dukungan dan semangat kalian.
Selain estrés karena persiapan yang singkat, motor yang belum siap juga salah satu beban karena kali ini TNT akan menggunakan formato acara baru, yang akan diadakan selama dua hari yang dibagi menjadi empat balapan berbeda. Ini bukan hanya situasi gas dan menang, tetapi mereka menggabungkan skor dari keempatnya untuk mengadu lagi para pemenang balapan di babak final. Saya tahu saya membutuhkan lebih dari sekadar persiapan sesaat untuk menyiapkan diri juga kuda besi saya. Namun pada akhirnya, kita sampai juga disana. Satu sepeda dan satu pengendara untuk berpartisipasi dalam keempatnya.
Saya melewatinya dengan baik di babak penyisihan hari Sabtu. Kamu mungkin heran, kenapa saya terdengar terkejut, karena ada 250 peserta di babak penyisihan! Saya berusaha dengan cukup baik untuk memperkuat posisi awal yang bagus untuk final. Tapi, dan ini sudah penyakit umum ketika kamu berurusan dengan Vintage Two-stroke, dimana beberapa masalah serius terjadi dengan motor saya di balapan tersebut.
Cuaca yang sangat terik sepanjang hari pertama ditambah mesin yang terus bergerak sepanjang hari dari waktu ke waktu membuat mesin motor saya akhirnya mati. 2-tak yang malang terjebak di kemacetan. Juego de palabras intencionado.
Barokah Boys, mulai mengoprek motor saya di sore hari. Kami membongkar sepeda di depan tenda tempat kami akan tidur malam itu. Dan baru setelah matahari terbenam, motor saya akhirnya bisa kembali menyala. Pekerjaan heroik dari Barokah Boys memberi saya kesempatan untuk berkompetisi lagi di hari kedua.
Hari berikutnya balapan pertama berlangsung tanpa hambatan dan saya mengamankan posisi yang bagus sejauh itu paling tidak. Sayangnya, saya kembali setidak beruntung itu dan masalah mesin yang mati kembali lagi. Kali ini, kami tidak punya waktu untuk mengecek atau membongkar apa yang terjadi pada 2-tak saya.
Satu-satunya pilihan yang saya miliki adalah meminjam motor untuk final. Lebih baik tetap berada di arena balap dan menyelesaikannya hingga tuntas daripada tidak dan juga dengan skor gabungan sekalipun saya belum bisa memenangkan apapun, karena itu akhirnya saya memutuskan untuk bersenang-senang dan menikmati suasana yang sudah terbangun.
Sampai bertemu di balapan tahun depan, TNT!
Sandi Maulana – Seorang pria Jawa
Información sobre cómo leer la información TNTCUP
Instagram de Sandi
Fotografías de Yulian Abdul Sidiq